TAUSHIAH I
Aku memulai dengan nama
Tuhan yang telah menciptakanku. |
TAUSHIAH II Segenap Puja dan Puji kepada Sang Pemilik Predikat Status dan Identitas. KarenaNyalah kita masih bisa menghirup udara dan meng-Aktualisasikan sumber daya kita. Tidaklah pantas bila makluk ciptaanNya memiliki Pujian melebihiNya, Taklah laik rasanya bila kita melupakan asal usul kita sebagai manusia yang telah Dia cipta untuk senantiasa mengabdi padaNya dalam suka maupun duka, dalam kemudahan dan kesulitan, disaat susah maupun senang, itu sudah merupakan konsekwensi kita sebagai makhlukNya. Alangkah lucu bila kita hanya bersyukur dalam situasi dan kondisi yang selalu senang, suka, yang sesuai kengininan kita, karena susah dan senang, sulit dan mudah merupakan pasangan kehidupan ini. Terkadang keberhasilan, kesenangan bisa dicapai lewat kegagalan dan kesulitan, hidup yang kita jalani, karena manfaat dan mudharat bisa datang dariNya, bahkan Dia Sang pencipta menguji kita sering lewat kedua hal tersebut. Maka dengan alasan itu pula sebaiknya, cobalah untuk lebih Arif/bijak dalam menyikapi kehidupan yang Fana dan Nisbi ini, Sebab bila kita ingin kembali pada tempat yang layak (Jannah) dan mendapat IzinNya, maka janganlah pernah melupakan kehidupan Ukhrowiah dan jangan terjebak dalam permainan kehidupan alam fana ini. |
TAUSHIAH III Salam sejahtera untuk kita yang masih di berikanNya peluang demi melakukan sesuatu yang baik dan berguna. dibawah ini ada sedikit pesan yang mungkin bisa di jadikan masukan bathiniah. Kehidupan dunia ini hanyalah merupakan jembatani menuju hidup yang lebih abadi. Namun bila kita terjebak dalam permainan dunia yang fana ini maka kita bisa menjadi korban keserakahan manusia yang tak kunjung tuntas dari rasa ingin pengakuan, haus akan kekuasaan, kedustaan terhadap sesuatu kebenaran dan masih banyak lagi bentuk-bentuk keserakahan manusia. Yang terpenting bagi kita semua janganlah pernah seperti hal tersebut. Dengan perasaan selalu rindu akan kembalinya kita kepada Sang Pencipta hidup dan kehidupan akan mengantisipasi kita dari terjebak kita akan permainan fatamorgana dunia ini. |
TAUSHIAH IV Bila manusia di tanya atau di soal tentang siapa Pencipta, maka pasti seluruh manusia bisa menjawabnya dengan mudah. Namun pernahkah kita menyadari, bahwa jawaban tidaklah identik dengan tahu/faham. Sebab kalau pertanyaannya siapa yang telah mencipta langit dan bumi maka itu merupakan pertanyaan yang klise. Mengapa saya katakan demikian, karena banyak manusia tahu akan jawaban tersebut namun tidak mampu untuk menyikapi pertanyaan tersebut dengan selayaknya. Sebab bila Pencipta itu ada maka apalagi yang akan kita ciptakan, selain membuat kerusakan di bumi, dan bagaimana pula pertanggung jawaban atas sikap hidup manusia selama ini yang telah semena-mena dan tidak pernah mau mempertimbangkan resiko dari setiap perbuatan. Maka janganlah pernah menjawab tanpa tahu arti dari jawaban tersebut, dan janganlah pernah berkata tanpa pernah berbuat dan mengaplikasikan jawaban tersebut. Konsekwensi dari jawaban tersebut sudah harus di sadari dan di amalkan karena bila tidak maka itulah pertanyaan yang tadi saya katakan klise. Bila saja kita mau untuk lebih bijak lagi bahwa setiap tanggung jawab dari segala sesuatu apapun yang kita katakan dan kita perbuat nantinya akan segera di gelar dan di saksikan oleh Nya. |
TAUSHIAH V Saya mencoba untuk berbagi fenomena kepada kita semua agar bisa dijadikan bahan introspeksi dalam kehidupan yang hanya sesaat ini. Hidup dan kehidupan kita yang hanya berputar-putar dalam dunia Fana ini pastinya tidak akan pernah terlepas dari unsur Esensi Substansial, Rohaniyah Bathini, kerena itu merupakan zat dan syarat mutlak demi berjalannya system kehidupan manusia dibumi yang Fatamorgana dan Nisbi ini. Karena bila kita menjalani kehidupan ini tanpa hal tersebut pastilah hanya sebatas Physical Jasadiyah belaka. Alangkah lucunya bila kita hidup tidak lebih baik dari An'aam (binatang),sebab hanya manusialah yang bisa dan mampu mengendalikan fikiran dan perasaannya untuk sesuatu yang bermanfaat dan lebih baik. Namun terkadang kelebihan yang diberikan tersebut bisa jadi sarana untuk berbuat semau dan sesukanya (Egosentris),bahkan sarana tersebut bisa dijadikan senjata untuk melupakan asal usul kita dan meniadakan kebesaran/kekuasan Sang Pencipta yang telah memberikan semua itu kepada makhlukNya.
|
TAUSHIAH VI Setiap bentuk kehidupan pasti ada akhirnya,maka sudah selayaknyalah kita bisa belajar dari masa-masa yang telah kita lewati,karena hanya dengan perolehan substansial kita bisa menabung amal baik kita demi bekal menuju hidup yang lebih hakiki yaitu akhirat Saya ingin mengingatkan kepada kita semua, hati-hatilah terhadap sesuatu yang bisa menjadi musuh bagi kita, bisa lewat orang lain, atau juga diri kita. sebab watak manusia sangat sombong.dan sangat mudah lalai untuk bersyukur terhadap hidup dan mati yang telah Dia tentukan.
|
TAUSHIAH VII Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk sejenak memberikan waktu kepada diri kita sendiri, sebab Sang Waktu itu (Qur'an surat Al-Ashr) senantiasa memberikan waktunya untuk tatanan alam semesta, apalagi kita sebagai makhluk yang terbatas ruang dan waktu selayaknya juga mampu dan tanpa rasa keberatan untuk memberikan watku kita pada sesuatu hal yang positive atau yang dianggap baik dan memenuhi kriteria dari Sang Waktu itu sendiri. Terkadang saya bertanya kepada diri sendiri, mengapa begitu heboh dan terjebaknya manusia pada sesuatu hal material jasadiah, seakan-akan segala sesuatu bentuk kehidupan ini di ukur berdasarkan hal tersebut, yang tambah membingungkan lagi, ketika segala sesuatunya ditentukan dengan Duit/Money, bukankah banyak hal yang tidak bisa ditentukan olehnya? Seperti contoh: Kejujuran, Tanggung Jawab, Cinta, dan masih banyak lagi hal yang tidak bisa dan tidak akan mampu ditentukan oleh duit, sebab duit itu hanyalah buatan manusia dan hanya merupakan alat tukar, bukan segala galanya. Nah mengapa saat ini dia menjadi raja dan penentu kehidupan manusia? Mungkin anda beranggapan atau bertanya: aneh orang ini! Mengapa hal seperti ini dijadikan bahasan. Saya akan langsung menjawab. Sebab bila tidak disadari sejak dini betapa sudah terjerumusnya kehidupan manusia dibumi ini, dan sudah menjadi standardrisasi dalam tatanan budaya kita hal tersebut, maka hanya kesadaran akan nilai-nilai moralitas hiduplah yang mampu menepis hal tersebut, sebab itulah mengapa hal ini saya jadikan Topikalisasi. Bila kita melihat keseluruh penjuru dunia semua aspek kehidupan manusia sudah ditentukan dan menjadi barometernya adalah Duit. Belajar adalah hak semua makhluk hidup namun mengapa harus bayar dan mahal? Kepintaran / ilmu seseorang kok dijadikan ajang komersial bisnis belaka, bukankah itu hal yang dianggap wajar? Sebab itu pula mengapa saya katakan sudah terjerumusnya manusia dibumi ini, kalau saja anda semua tahu dan meyadari bahwa ilmu yang didapat itu berasal dari bumi ini sendiri dan chip / wadah ilmu itu sebenarnya sudah dibekali oleh Sang Pencipta (Aqal atau, Otak yang sering disebut manusia). Untuk yang kesekian kalinya saya berpesan janganlah segala sesuatunya ditentukan oleh nilai-nilai material atau duit, dan janganlah pernah merampas hak / milik seseorang dalam hidup ini. Cobalah untuk memberikan hak meraka, andai kita tidak sanggup maka janganlah menambah persoalan dan penderitaan mereka. Karena segala sesuatu yang akan meraka makan dan meraka lakukan semuanya sudah ditentukan oleh duit yang kalau ditanya darimana mereka akan mendapatkannya? Bila semua bidang sudah dimonopoli / dikuasai oleh manusia-manusia yang serakah, haus akan kekayaan dan kekuasaan. Itulah penyebab sudah tidak normal lagi kehidupan alam ini, yang dimana manusia sebenarnya sangat berperan aktif untuk menghancurkan tatanan kehidupan sosial horizontal manusia |
TAUSHIAH VIII Salam untuk mereka-mereka wanita dan ibu pilihan. Banyak sudah perjalanan manusia di kehidupan bumi ini baik dalam bentuk besar maupun kecilnya sebuah capaian ataupun keinginan, yang dianggap sebuah keberhasilan dan menjadi lambang kesuksesan seseorang maupun kelompok, sebenarnya sangat tidak bisa terlepas dari peran aktif seorang wanita. Mengapa saya katakan demikian, sebab bila kita mau menyadari betapa banyaknya andil mereka dalam setiap sisi kehidupan ini sangat terlihat jelas oleh dunia dan menjadi saksi sejarah. Kita ambil contoh peran aktif wanita yang sangat teguh dalam mendampingi sang suami bahkan anak-anaknya, Sarah dan Hajar mereka adalah istri dari seorang tokoh rohaniah dan seorang nabi (Ibrahim) tentu sangat banyak perjalanan yang sudah mereka lalui bersama sehingga bisa dan mampu menjadi pedoman petunjuk bagi kehidupan ini. Saya yakin bahwa kedua sosok wanita tersebut sangatlah dikenal oleh seluruh manusia di belahan dunia ini. Ratu Shiba atau yang lebih dikenal dengan nama Balqis juga sosok seorang wanita yang sangat bijak dan mampu menjadi rekan kerja dari suaminya nabi Sulaiman, telah menambah lagi daftar peran aktif seorang wanita. Siti Khadijah wanita yang sangat akrab di kita juga merupakan contoh sosok seorang istri dan seorang mitra dari sang suami (Muhammad) dan masih banyak lagi contoh-contoh wanita yang menjadi panutan bagi kita terutama bagi wanita-wanita di era abad ini. Namun mengapa nyaris tak terdengar lagi kehebatan, kekuatan dan keibuan mereka saat ini? atau mungkin sudah terlupakan oleh dunia? Namun bagi saya jawabannya (Never) dan tidak akan pernah habis ditelan masa karena bagiku ibu sangatlah memberikan arti dan kesan yang tak mungkin bisa di pungkiri karena merekalah adanya sebuah sentuhan keindahan hidup, kenyaman hidup, dan menjadi sinar penerang bagi anak-anaknya. Lantas bagaimana pula dunia merasakan peran aktif wanita-wanita yang ada saat ini? Jawabnya sebenarnya sangat tergantung dari mereka sendiri dan bantuan kita kaum Rijal (Lelaki) juga sangat mempengaruhi hal tersebut menjadi kenyataan. Pesanku, cobalah lebih lagi untuk mau memberikan kepercayaan kepada wanita atau istri kita sendiri agar mereka melangkah selalu dalam kondisi yakin dan percaya bahwa sebenarnya kehadiran mereka sangatlah dinantikan dan diharapkan oleh dunia ini. Selawat salam dariku selalu bagimu Ibu Pilihan |
TAUSHIAH VIIII Tak terhitung sudah berapa banyak mereka-mereka yang telah pernah memimpin negri/bangsa ini, dan semua pemimpin tersebut sudah pasti ada yang mampu melakukan tugasnya sebagai pemimpin dan ada juga yang melalaikan tugasnya untuk menata sesuatu yang telah dijanjikan oleh semua pemimpin tersebut. Disini saya ingin mendasari kalimat Pemimpin tersebut dengan kalimat Qur’an (Khalifah) Kata Khalifah diambil dari kata dasar Kholifatun, Kholafah, khilafah yang artinya pengganti, penerus, dibelakan dan pembawa sesuatu perubahan. Tentu saja yang dimaksud Pemimpin adalah Khalifah yang layaknya mampu menggantikan sesuatu yang baik. Terkadang seseorang Pemimpin hanya mampu memimpin saja tanpa ada pengetahuan siapa dan apa yang dipimpinnya. Ironisnya lagi Pemimpin massa kini ditentukan dari kekayaan dan banyaknya kawan. (wow) kalaulah seperti ini terus menurus Pemimpin bangsa/negri pastilah akan berakibat kegagalan dan kehancuran pada suatu kaum maupun sesuatu yang dipimpinya, sebab sosok seorang Pemimpin tidaklah bisa ditentukan hanya dari luarnya saja apalagi hanya dari banyaknya bicara (Orator) sebenarnya Pemimpin itu haruslah sadar dan menyadari Motivasi/Niatnya untuk memimpin. Kedua, seorang Pemimpin tentu harus memiliki wawasan dan pandangan yang luas (Ilmu) ketiga, Mempunyai kepekaan rasa. (Substansi) Terakhir, barulah Fisik seorang Pemimpin juga harus sehat (Tidak mutlak) Nah dari keempat poin tersebut barulah bisa kita mencari dan menjadikan siapapun calonnya. Kalau saja semua Pemimpin di seluruh dunia ini mau untuk berlapang dada menerima dengan segala kekurangannya pasti akan terlihat layak dan indah. Sebab kalau seorang pemimpin selalu menutup dirinya dari siapapun yang dia pimpin tentu akan menjadi kendala dalam berjalannya sebuah tatanan. Bahkan bisa menjadi pemicu kehancuran kepemimpinannya tersebut. Karana dengan sekali dia munutupi kesalahan ataupun kegagalannya pasti dia akan beribu kali mencari cara untuk selalu menutupinya. Minimal dengan sikaf mengakui kelebihan dan menerima apapun kekurangan dirinya itu bisa sedikit untuk mencegah dari kegagalan/kehancuran seorang pemimpin. Namun itu semua tidak akan pernah bisa berjalan bila langit dan bumi tidak merestuinya. Inilah sebenarnya Point yang paling penting untuk disadari oleh seseorang yang akan memimpin. Mengapa saya tidak mengatakan langsung Tuhan? Sebab terlalu luhur Dia untuk kita bawa dalam ajang permainan dunia saat ini, apalagi setelah berakhirnya era kepemimpinan para utusanNya (Rosul) tak terlihat oleh Dia siapapun pemimpin dunia ini yang membawa IlmuNya, SifatNya, PetunjukNya, itulah alasan mengapa saya tidak langsung menyebutkan restuNya. Dan kalaupun ada hanyalah lips service bukan berangkat dari Qolbu yang tawajuh denganNya.
|
|
Fardhie.com © 2008 - 2020